Kisah Nabi Hud AS


Nama : Hud bin Abdullah
Usia : 130 tahun
Periode Sejarah : 2450 - 2320 SM
Tempat Diutus : Al-Ahqaf (antara Yaman dan Oman)
Jumlah Keturunan : -
Tempat Wafat : Bagian Timur Hadramaut (Yaman)
Sebutan Kaum : Kaum 'Ad
Dalam Al-Qur'an namanya disebutkan sebanyak 7 kali

Kisah Nabi Hud AS - 'Ad adalah nama bapak dari suatu suku yang hidup di jazirah Arab di suatu tempat yang bernama Al-Ahqaf yang terletak di antara Yaman dan Oman, yang termasuk suku tertua sesudah kaum Nabi Nuh AS serta terkenal dengan kekuatan fisik dalam bentuk-bentuk tubuh yang besar dan kuat. Mereka dikaruniai oleh Allah SWT tanah yang subur dengan sumber-sumber airnya yang mengalir dari segala penjuru sehingga memudahkan mereka untuk bercocok tanam sebagai bahan makanan mereka dan memperindah tempat tinggal mereka dengan kebun-kebun bunga yang indah. Berkat karunia Allah itu mereka hidup makmur, sejahtera dan bahagia. Dalam waktu yang singkat, mereka berkembang biak dan menjadi suku yang besar diantara suku-suku yang ada di sekelilingnya.

Sebagaimana kaum Nabi Nuh AS, suku 'Ad ini tidak mengenal Allah SWT pencipta alam semesta. Mereka membuat patung-patung yang diberi nama Shamud dan Alhattar yang disembah sebagai Tuhan mereka. Mereka mempercayai patung-patung itu dapat memberikan kebahagiaan, kebaikan dan keuntungan serta dapat menolak kejahatan, kerugian dan segala musibah. Ajaran Nabi Idris AS dan Nabi Nuh AS tidak berbekas dalam hati, jiwa serta cara hidup mereka sehari-hari, mereka tenggelam dalam kenikmatan hidup, berkat tanah yang subur dan memberikan hasil yang melimpah ruah. Mereka menganggap berhala-berhala yang mereka sembahlah yang telah memberikan karunia tersebut, karenanya mereka sujud kepada kedua berhala itu, mensyukuri sambil memohon perlindungannya dari segala bahaya dan musibah berupa penyakit atau kekeringan.

Sebagai akibat dari aqidah yang sesat itu, pergaulan hidup mereka dikuasai oleh tuntutan iblis, dimana nilai-nilai moral dan akhlak tidak menjadi dasar pertimbangan atas kelakuan dan tindak tanduk seseorang. Akan tetapi kebendaan dan kekuatan lahiriahlah yang menonjol, sehingga terjadi kerusuhan dan tindakan yang sewenang-wenang dalam masyarakat, yang kuat menindas yang lemah, yang besar memperkosa yang kecil dan yang berkuasa memeras yang ada di bawahnya. Sifat-sifat sombong, congkak, iri hati, dengki, menghasut dan saling membenci yang di dorong oleh hawa nafsu yang merajalela dan menguasai kehidupan mereka, sehingga tidak memberikan tempat kepada sifat-sifat belas kasihan, sayang menyayangi, jujur, amanat dan rendah hati. Demikianlah gambaran suku 'Ad, tatkala Allah SWT mengutus Nabi Hud AS sebagai Nabi untuk meluruskan jalan hidup mereka.

Sudah menjadi kehendak Allah sejak diturunkannya Adam ke bumi, bahwa dari masa ke masa jika hamba-hamba-Nya sudah berada dalam kehidupan yang sesat, sudah jauh menyimpang dari ajaran-ajaran agama yang dibawa oleh Nabi-Nabinya, di utuslah seorang Nabi atau Rasul lagi yang bertugas untuk menyegarkan kembali ajaran-ajaran Nabi-Nabi sebelumnya, dan mengembalikan masyarakat yang sudah tersesat ke jalan yang lurus dan benar, serta mencuci bersih jiwa manusia dari takhayul dan syirik, kemudian mengganti dan mengisinya dengan iman tauhid dan aqidah yang sesuai dengan fitrah.

Demikianlah, maka suku 'Ad yang telah dimabukan oleh kenikmatan duniawi sehingga tidak mengenal Tuhannya. Maka diutuslah kepada mereka Nabi Hud AS seorang dari suku mereka sendiri. Nabi Hud AS berasal dari keluarga yang terpandang dan berpengaruh, sejak kecil sudah dikenal dengan kelakuannya yang baik, budi pekerti yang luhur dan sangat bijaksana dalam pergaulan dengan kawan-kawannya.

Nabi Hud AS memulai dakwahnya dengan menarik perhatian kaumnya suku 'Ad kepada tanda-tanda adanya Allah SWT berupa alam di sekeliling mereka. Dan bahwa Allah lah yang telah menciptakan mereka semua serta memberikan karunia kepada mereka dengan segala kenikmatan hidup yang berupa tanah subur, air yang mengalir serta tumbuh-tumbuhan yang tegak dan kuat. Dia lah yang seharusnya mereka sembah bukan patung-patung yang mereka buat sendiri. Mereka sebagai manusia adalah makhluk yang paling mulia dan tidak sepatutnya merendahkan diri sujud menyembah batu-batu yang dapat mereka hancurkan sendiri.

Diterangkan oleh Nabi Hud AS bahwa dia adalah utusan Allah yang diberi tugas untuk membawa mereka ke jalan yang benar, beriman kepada Allah yang telah menciptakan mereka, menghidupkan dan mematikan mereka, memberi rezeki atau mencabutnya dari mereka. Ia tidak mengharapkan upah dan menuntut balas jasa atas usahanya memimpin dan menuntun mereka ke jalan yang benar, ia hanya menjalankan perintah Allah untuk memperingatkan mereka bahwa jika mereka tetap menutup telinga dan mata mereka terhadap ajakan dan dakwahnya, maka mereka akan di timpa azab dan dibinasakan oleh Allah sebagaimana telah terjadi kepada kaum Nabi Nuh AS yang mati binasa tenggelam dalam air bah akibat kesombongan mereka menolak ajaran dan dakwah Nabi Nuh AS dan tetap bertahan pada kepercayaan mereka kepada berhala dan patung-patung yang mereka sembah dan puja itu.


Bagi kaum 'Ad, seruan dan dakwah Nabi Hud itu meupakan barang yang tidak pernah mereka dengar. Mereka melihat bahwa ajaran yang dibawa oleh Nabi Hud AS itu akan mengubah cara hidup mereka serta mengubah peraturan dan adat istiadat yang telah mereka kenal turun temurun dari nenek moyang mereka. Mereka tercengang dan merasa heran, bahwa seorang dari suku mereka sendiri telah berani berusaha merombak tata cara hidup mereka serta menggantikan agama dan kepercayaan mereka dengan sesuatu yang baru yang tidak mereka kenal dan tidak bisa diterima oleh akal pikiran mereka. Dengan serta merta mereka menolak dakwah Nabi Hud AS itu dengan berbagai alasan dan tuduhan negatif terhadap diri beliau, serta ejekan-ejekan dan hinaan.

Pembalasan Allah terhadap kaum 'Ad yang tetap membangkang itu diturunkan dalam dua tahap. Tahap pertama berupa kekeringan yang melanda ladang-ladang dan kebun-kebun mereka sehingga menimbulkan kecemasan dan kegelisahan karena mereka tidak memperoleh hasil dari ladang-ladang dan kebun-kebun mereka seperti biasanya. Dalam keadaan demikian, Nabi Hud AS masih berusaha meyakinkan mereka bahwa kekeringan itu adalah suatu permulaan siksaan dari Allah yang telah dijanjikan. Dan bahwa Allah masih memberi kesempatan kepada mereka untuk sadar akan kesesatan mereka dan kembali beriman kepada Allah dengan meninggalkan sesembahan mereka yang bathil kemudian bertaubat dan memohon ampun kepada Allah, sehingga hujan turun kembali dan terhindar dari bahaya kelaparan yang mengancam. Akan tetapi mereka tetap belum percaya dan menganggap janji Nabi Hud itu adalah janji kosong belaka, mereka bahkan pergi menghadap berhala-berhala untuk memohon perlindungan dari musibah yang sedang mereka hadapi.

Tantangan mereka terhadap janji Allah yang diwahyukan kepada Nabi Hud AS segera mendapat jawaban dengan datangnya musibah tahap kedua, yaitu dimulai dengan terlihatnya gumpalan awan dan mega hitam yang tebal di atas langit. Mereka menyambutnya dengan sorak sorai gembira, karena mengira hujan akan segera turun membasahi ladang-ladang dan menyirami kebun-kebun mereka yang sedang mengalami kekeringan. Melihat suku 'Ad yang sedang bersuka ria itu, Nabi Hud berkata "Mega hitam itu bukanlah mega hitam dan awan rahmat bagi kamu, tetapi mega yang akan membawa kehancuranmu sebagai pembalasan Allah untuk membuktikan kebenaran kata-kataku yang selalu kamu sangkal dan kamu dustai".

Kemudian, apa yang disampaikan Nabi Hud AS menjadi kenyataan. Bahwa bukan hujan yang turun dari awan itu, melainkan angin topan yang dahsyat dan kencang disertai bunyi gemuruh yang merusakkan bangunan-bangunan rumah dari dasarnya, menerbangkan semua perabot dan harta benda serta melempar jauh binatang-binatang ternak. Mereka menjadi panik, mereka berlari kesana kemari mencari perlindungan. Suami tidak tahu dimana istrinya berada dan ibu kehilangan anaknya, sedangkan rumah-rumah telah rata dengan tanah. Bencana angin topan itu berlangsung selama delapan hari tujuh malam, sehingga menamatkan riwayat kaum 'Ad dalam keadaan yang menyedihkan. Begitulah azab bagi mereka yang mendustakan utusan Allah SWT.

Adapun Nabi Hud AS dan para pengikutnya yang beriman telah mendapatkan perlindungan Allah dari bencana yang menimpa kaumnya. Setelah keadaan cuaca kembali tenang, Nabi Hud AS pergi meninggalkan tempat tinggalnya dan hijrah ke Hadramaut, dimana ia tinggal menghabiskan sisa hidupnya sampai ia wafat dan dimakamkan di sana. Hingga sekarang makamnya yang terletak di atas sebuah bukit, sekitar 50 km dari kota Siwun, banyak di kunjungi para peziarah yang datang dari sekitar daerah itu, terutama pada bulan Sya'ban.




LANGGANAN ARTIKEL GRATIS
Dapatkan Artikel Terbaru Disini !
Masukkan email anda di bawah ini , maka anda akan mendapatkan kiriman terbaru dari KUMBERCER secara gratis via email. Terimakasih.

0 Response to "Kisah Nabi Hud AS"

Post a Comment

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak...!