Kisah Nabi Nuh AS


Nama : Nuh
Usia : 950 tahun
Periode Sejarah : 3993 - 3043 SM
Tempat diutus : Selatan Irak
Jumlah Keturunan : 4 putra
Tempat Wafat : Mekah
Sebutan Kaum : Kaum Nuh
Dalam Al-Qur'an namanya disebutkan sebanyak 43 kali

Kisah Nabi Nuh AS - Nabi Nuh dibesarkan di daerah Irak, dalam kalangan masyarakat yang kufur dan sesat. Allah kemudian mengutus Nuh dengan risalahnya guna mengeluarkan mereka dari lumpur kesesatan dan kegelapan pemikiran menuju jalan petunjuk dan cahaya yang terang. Beliau adalah Rasul pertama yang diutus di bumi seperti yang disebutkan di dalam shahih al-Bukhari dan shahih Muslim tentang hadits syafaat dari Nabi Muhammad SAW.

Nuh adalah Nabi ketiga setelah Nabi Idris AS. Beliau merupakan keturunan kesembilan dari Nabi Adam AS, ayahnya Lamak bin Mutawasylah bin Idris. Nabi Nuh AS menerima wahyu kenabian dari Allah dalam masa "fatrah", masa kekosongan diantara dua Nabi dimana biasanya manusia secara berangsur-angsur melupakan ajaran agama yang dibawa oleh Nabi yang meninggalkan mereka dan kembali syirik serta  meninggalkan amal kebajikan, melakukan kemungkaran dan kemunafikan.


Kaum Nabi Nuh tidak luput dari proses tersebut, sehingga ketika Nabi Nuh datang di tengah-tengah mereka, mereka sedang menyembah berhala yaitu patung-patung yang dibuat oleh tangan mereka sendiri disembahnya sebagai Tuhan yang dapat membawa kabaikan dan manfaat serta menolak kesengsaraan dan kemalangan. Berhala-berhala yang dipertuhankan, menurut mereka mempunyai kekuatan ghaib. Berhala-berhala  tersebut diberinya nama yang silih berganti menurut kehendak dan selera kebodohan mereka. Nabi Nuh berdakwah kepada kaumnya yang sudah jauh tersesat oleh iblis, mengajak mereka meninggalkan syirik (meninggalkan penyembahan berhala) dan kembali kepada tauhid menyembah Allah, Tuhan sekalian alam.

Akan tetapi, walaupun Nabi Nuh AS telah berusaha sekuat tenaganya untuk berdakwah kepada kaumnya dengan segala kebijaksanaan, kecakapan dan kesabaran dalam setiap kesempatan, siang ataupun malam dengan cara berbisik ataupun secara terang-terangan dan terbuka. Ternyata hanya sedikit sekali dari kaumnya yang dapat menerima dakwahnya dan mengikuti ajakannya.

Nabi Nuh AS memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat dan gelap ke jalan yang benar dan terang, mengajar mereka hukum-hukum syariat dan agama yang di wahyukan oleh Allah kepadanya. Akan tetapi dalam waktu yang sangat lama (ratusan tahun), Nabi Nuh AS tidak berhasil menyadarkan dan menarik kaumnya untuk mengikuti dan menerima dakwahnya, bertauhid dan beribadah kepada Allah SWT, kecuali sekelompok kecil kaumnya. Harapan Nabi Nuh AS akan kesadaran kaumnya ternyata makin hari semakin berkurang, pada saat itu Allah menyuruh Nabi Nuh AS untuk tidak perlu lagi menghiraukan dan mempersoalkan kaumnya karena mereka itu akan menerima hukuman Allah dengan mati tenggelam. Dan Allah menyuruh Nabi Nuh AS untuk membuat perahu (kapal) yang besar.

Setelah menerima perintah Allah untuk membuat kapal yang besar, segeralah Nabi Nuh AS mengumpulkan para pengikutnya untuk bersama-sama membuat kapal. Mereka bekerja dengan rajin siang dan malam untuk menyelesaikan pembuatan perahu yang diperintahkan itu. Walaupun Nabi Nuh AS telah menjauhi kota dan masyarakatnya agar dapat bekerja dengan tenang tanpa gangguan dalam menyelesaikan pembuatan kapalnya, namun ia tidak luput dari ejekan dan cemoohan kaumnya yang kebetulan atau sengaja melalui tempat pembuatan kapal itu.

Setelah pembuatan kapal selesai dikerjakan, Nabi Nuh AS menerima wahyu dari Allah;

"Siap-siaplah engkau dengan kapalmu, bila tiba perintah-Ku dan terlihat tanda-tanda datipada-Ku, maka segeralah angkut bersamamu di dalam kapalmu dan kerabatmu dan bawalah dua pasang dari setiap makhluk yang ada di atas bumi dan berlayarlah dengan izin-Ku".


Kemudian turunlah hujan yang sangat deras dan dahsyat. Dan dalam waktu yang cepat telah menjadi banjir besar melanda seluruh kota dan desa, menenggelamkan daratan yang rendah maupun tinggi sampai mencapai bukit-bukit sehingga tidak ada tempat untuk berlindung dari air bah yang sangat dahsyat itu, kecuali kapal Nabi Nuh AS beserta para pengikutnya dan pasangan makhluk yang dibawa oleh Nabi Nuh AS atas perintah Allah SWT. Dengan iringan "Bismillahi majraha wa mursaha", berlayarlah kapal Nabi Nuh AS dengan lajunya menyusuri kota yang telah menjadi lautan, menentang angin yang kadang kala lemah lembut dan kadang kala ganas.

Tatkala Nabi Nuh AS berada di atas geladak kapal memperhatikan cuaca dan melihat orang-orang kafir dari kaumnya bergelimpangan di atas air, tiba-tiba terlihat olehnya tubuh putra sulungnya yang bernama Kan'aan. Pada saat itu, tanpa disadari timbullah rasa cinta dan kasih sayang seorang ayah terhadap putra kandungnya yang sedang dalam keadaan cemas menghadapi maut ditelan gelombang. Nabi Nuh secara spontan terdorong oleh suara hati kecilnya berteriak dengan keras memanggil puteranya. Kan'aan yang sudah tersesat dan telah terkena racun rayuan setan dan hasutan kaumnya yang sombong dan keras kepala itu menolak dengan keras ajakan dan panggilan ayahnya, akhirnya Kan'aan ditelan gelombang yang ganas dan lenyaplah ia dari pandangan mata ayahnya mengikuti kawan-kawan dan para pembesar kaumnya yang durhaka itu.

Nabi Nuh AS sangat bersedih hati dan berduka cita atas kematian puteranya dalam keadaan tidak beriman kepada Allah SWT. Ia berkeluh kesah dan berseru kepada Allah, kepadanya Allah berfirman;

"Wahai Nuh! sesungguhnya dia puteramu itu tidaklah termasuk keluargamu, karena ia telah menyimpang dari ajaranmu, melanggar perintahmu, menolak dakwahmu dan mengikuti jejak orang-orang kafir daripada kaummu. Coretlah namanya dari daftar keluargamu, hanya mereka yang telah menerima dakwahmu, mengikuti jalanmu dan beriman kepada-Ku dapat engkau masukkan dan golongkan ke dalam barisan keluargamu yang telah Aku janjikan perlindungannya dan terjamin keselamatan jiwanya. Adapun orang-orang yang mengingkari risalahmu, mendustakan dakwahmu dan telah mengikuti hawa nafsunya dan tuntutan iblis,  pastilah mereka akan binasa menjalani hukuman yang telah Aku tentukan walau mereka berada di puncak gunung. Maka janganlah engkau sesekali menanyakan tentang sesuatu yang belum engkau ketahui. Aku ingatkan janganlah engkau sampai tergolong ke dalam golongan orang-orang yang bodoh".

Nabi Nuh segera sadar setelah menerima teguran dari Allah, ia sangat menyesali kelalaian dan kealpaannya itu. Kemudian ia menghadap Allah memohon ampun dan maghfirahnya.

Setelah Air bah itu mencapai puncak keganasannya, habis dan binasalah kaum Nuh yang kafir dan dzalim. Sesuai dengan kehendak dan hukum Allah, surutlah air bah ditelan bumi kemudian bertambatlah kapal Nabi Nuh AS di atas bukit "Judi". Judi adalah bukit yang berhadapan dengan semenanjung Ibnu Umar, yang sekarang menjadi perbatasan Suria (Syria) - Turki di tepian sebelah timur sungai Tigris. Bukit Judi ini terlihat jelas dari daerah Ainu Diwar, Syria. Kaum Nabi Nuh AS tinggal di sebelah selatan Irak, yang sekarang terletak di kota Kufah.




LANGGANAN ARTIKEL GRATIS
Dapatkan Artikel Terbaru Disini !
Masukkan email anda di bawah ini , maka anda akan mendapatkan kiriman terbaru dari KUMBERCER secara gratis via email. Terimakasih.

0 Response to "Kisah Nabi Nuh AS"

Post a Comment

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak...!