Kisah Nabi Ibrahim AS


Nama : Ibrahim bin Aazar
Usia : 175 tahun
Periode Sejarah : 1997 - 1822 SM
Tempat Diutus : Ur Daerah Selatan Babylon (Irak)
Jumlah Keturunan : 13 Anak
Tempat Wafat : Al-Khalid (Hebron, Palestina/Israel)
Sebutan Kaum : Bangsa Kaldan
Dalam AQur'an namanya disebutkan sebanyak 69 kali

Kisah Nabi Ibrahim AS - Ibrahim merupakan Nabi dalam agama Samawi dan sering disebut sebagai "Bapak para Nabi". Ia mendapat gelar Khalil Allah atau sahabat Allah. Selain itu, beliau bersama anaknya, Nabi Ismail terkenal sebagai penggagas Ka'bah.

Nabi Ibrahim adalah putra Aazar, ia dilahirkan disebuah tempat bernama "Faddam A'ram" dalam kerajaan Babilonia yang saat itu diperintah oleh seorang raja dzalim bernama Namrudz bin Kan'aan. Sebelum itu tempat kelahirannya berada dalam keadaan ketakutan. Ini karena raja Namrudz mendapat pertanda bahwa seorang bayi akan dilahirkan disana, bayi ini akan tumbuh dan merampas takhtanya. Bayi ini juga yang akan membawa agama untuk mempercayai satu Tuhan dan akan menjadi pemusnah patung berhala. Bayi ini pun yang akan menjadi penyebab raja Namrudz mati dengan cara yang dahsyat. Oleh karena itu, raja Namrudz memerintahkan untuk membunuh semua bayi yang dilahirkan di tempat itu.


Walaupun dalam keadaan cemas, kehendak Allah tetap terjadi. Istri Aazar tengah mengandung, namun tidak menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Pada suatu hari, dia merasa akan segera melahirkan, dia takut apabila raja Namrudz mengetahuinya, pasti dia beserta anaknya akan dibunuh. Dalam rasa ketakutan, ibu Nabi Ibrahim bersembunyi dan melahirkan anaknya di dalam gua. Setelah itu, bayinya disembunyikan di lubang batu dan meninggalkannya seorang diri. Seminggu kemudian, dia bersama suaminya kembali lagi ke gua itu. Ia terkejut melihat bayinya masih hidup, selama seminggu bayi itu menghisap jari-jarinya untuk bertahan hidup. Setelah berusia 15 bulan, tubuh bayi Ibrahim cepat membesar seperti anak-anak berusia 2 tahun, maka ibu bapaknya berani membawa dia pulang ke rumah.

Pada zaman Nabi Ibrahim, rakyat Mesoptamia (Irak) beragama politeisme yaitu menyembah lebih dari satu Tuhan dan menganut paganisme. Dewa Bulan atau Sin merupakan salah satu berhala yang paling penting. Bulan, bintang dan matahari menjadi objek utama penyembahan. Oleh karena itu, astronomi merupakan bidang yang sangat penting. Sewaktu kecil, Nabi Ibrahim sering melihat ayahnya membuat patung-patung berhala, kemudian dia berusaha mencari kebenaran agama yang dianut keluarganya itu.

Pada masa remajanya, Nabi Ibrahim sering disuruh ayahnya keliling kota untuk menjajakan patung-patung buatannya. Namun karena iman dan tauhid yang telah di ilhamkan oleh Tuhan kepadanya, ia tidak bersemangat menjajakan patung-patung itu. Bahkan secara mengejek, ia menawarkan patung-patung buatan ayahnya kepada calon-calon pembeli dengan kata-kata; "Siapakah yang akan membeli patung-patung yang tidak  berguna ini?".

Nabi Ibrahim sudah bertekad untuk memerangi kesyirikan dan penyembahan berhala yang terjadi pada keluarga dan kaumnya. Namun sebelumnya, ia ingin mempertebal iman dan keyakinannya terlebih dahulu. Untuk menentramkan hatinya serta membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin mengganggu pikirannya. Ia memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepadanya, bagaimana dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati.

Allah mengabulkan permintaan Nabi Ibrahim, lalu diperintahkanlah ia menangkap empat ekor burung. Setelah diperhatikan dan diteliti bagian-bagian tubuh burung itu, lalu ia memotongnya menjadi berkeping-keping, mencampur baurkannya. Tubuh-tubuh burung yang sudah hancur itu, ia letakkan di empat bukit yang berbeda dan berjauhan. Setelah mengerjakan apa yang telah diperintahkan oleh Allah, diperintahkan-Nya Nabi Ibrahim memanggil burung-burung yang tubuhnya sudah hancur itu.

Dengan izin Allah dan kuasa-Nya, datanglah empat ekor burung itu beterbangan dalam keadaan utuh dan bernyawa seperti sedia kala. Lalu hinggaplah empat burung yang hidup kembali itu dihadapannya, dilihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah Yang Maha Kuasa dapat menghidupkan kembali makhluk-Nya yang sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu yang tidak ada.

Dengan demikian tercapailah keinginan Nabi Ibrahim untuk menentramkan hatinya dan menghilangkan keraguan di dalam iman dan keyakinannya, bahwa kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada sesuatu pun di langit ataupun di bumi yang dapat menghalangi atau menentangnya, dan hanya kata "kun fayakun", maka terjadilah apa yang dikehendaki-Nya.

Aazar, ayah Nabi Ibrahim sama seperti kaumnya yang lain, bertuhan dan menyembah berhala. Ia adalah pedagang dari patung-patung yang dibuat dan dipahatnya sendiri dan darinya orang membeli patung-patung yang dijadikan pesembahan. Nabi Ibrahim merasa bahwa kewajiban pertama yang harus ia lakukan sebelum berdakwah kepada orang lain ialah menyadarkan ayah kandungnya dulu, bahwa kepercayaan dan persembahannya kepada berhala-berhala itu adalah perbuatan yang sesat dan bodoh. Ia ingin ayahnya melepaskan kepercayaannya yang sesat itu dan mengikutinya beriman kepada Allah Yang Maha Kuasa.

Dengan sikap yang sopan dan kata-kata yang halus, ia datang kepada ayahnya menyampaikan bahwa ia diutus oleh Allah SWT sebagai Nabi dan Rasul, bahwa ia telah diilhamkan dengan pengetahuan dan ilmu yang tidak dimiliki oleh ayahnya. Diterangkan pula kepada ayahnya bahwa penyembahan kepada berhala-berhala itu adalah semata-mata ajaran setan yang memang menjadi musuh manusia sejak Adam diturunkan ke bumi. Ia berseru kepada ayahnya agar merenungkan dan memikirkan nasehat dan ajakannya untuk berpaling dari berhala-berhala dan kembali menyembah Allah yang telah menciptakan manusia dan semua makhluk, memberi mereka rezeki dan kenikmatan hidup serta menguasakan bumi dengan segala isinya kepada manusia.

Aazar menjadi marah mendengar seruan puteranya yang dianggapnya sebagai dosa karena telah berani menghina kepercayaan ayahnya bahkan mengajaknya untuk meninggalkan kepercayaan itu. Karena kemarahannya itu, ia pun sampai tega mengusir Nabi Ibrahim dengan kata-kata kasar dari rumahnya.

Nabi Ibrahim menerima kemarahan dan pengusiran dari ayahnya dengan sikap tenang. Lalu keluarlah Nabi Ibrahim dari rumah ayahnya dalam keadaan sedih karena gagal mengangkat ayahnya dari lembah syirik dan kafir. Namun ia sadar bahwa hidayah itu di tangan Allah, dan bagaimanapun ia ingin dengan sepenuh hatinya agar ayahnya mendapat hidayah.

Penolakan ayahnya terhadap dakwahnya dengan cara yang kasar itu, tidak sedikitpun mempengaruhi ketetapan hatinya dan melemahkan semangatnya untuk memberi penerangan kepada kaumnya serta menyapu bersih penyembahan-penyembahan yang bathil dan kepercayaan-kepercayaan yang bertentangan dengan tauhid dan iman kepada Allah dan rasul-Nya.

Dalam setiap kesempatan, Nabi Ibrahim mengajak kaumnya berdialog dan bermujadalah tentang kepecayaan yang mereka anuti dan ajaran yang ia bawa. Namun, kaumnya keras kepala dan menolak ajakan Nabi Ibrahim, mereka tidak akan meninggalkan kepercayaan yang sudah diwariskan dari nenek moyangnya.


Sudah menjadi tradisi dan kebiasaan penduduk Babilonia, bahwa setiap tahun mereka keluar kota beramai-ramai pada suatu hari raya yang mereka anggap keramat. Berhari-hari mereka tinggal diluar kota di suatu padang terbuka, berkemah dengan membawa bekal makanan dan minuman yang cukup. Mereka bersuka ria dan bersenang-senang, mereka berseru dan mengajak semua penduduk agar keluar meninggalkan rumah dan turut beramai-ramai menghormati hari suci itu. Nabi Ibrahim pun diajak turut serta, namun ia berpura-pura sakit, hingga di izinkanlah ia untuk tinggal dirumah, apalagi mereka khawatir jika penyakit yang dibuat-buat itu menular dan menjalar sama penduduk lain. Dan pergilah mereka meninggalkan rumah hingga kota mereka kosong.

Ketika melihat kota sudah benar-benar kosong, tibalah waktunya bagi Nabi Ibrahim untuk menghancurkan berhala-berhala itu. Pertama-tama ia mengejek berhala-berhala itu kemudian menendangnya lalu menghancurkan semua patung-patung berhala itu dengan kapak yang ia bawa. Namun ada satu patung yang tidak ia hancurkan, yaitu patung yang paling besar. Nabi Ibrahim sengaja tidak menghancurkannya, lalu ia mengalungkan kapak yang ia bawa itu pada leher patung yang tidak ia hancurkan.

Terkejutlah para penduduk ketika mereka pulang bersenang-senang dari luar kota, mereka melihat patung-patung tuhan-tuhan mereka sudah hancur berantakan. Akhirnya mereka mencurigai Nabi Ibrahim yang telah menghancurkan patung-patung berhala mereka, karena hanya Nabi Ibrahim lah yang tidak ikut dalam rombongan dan tinggal didalam kota.

Para penduduk marah dan jengkel serta menuntut agar si pelaku bertanggung jawab dalam suatu pengadilan terbuka agar para penduduk kota dapat ikut menyaksikannya. Dan memang itulah yang diharapkan Nabi Ibrahim agar pengadilannya dilakukan secara terbuka, karena dengan begitu ia bisa berdakwah secara terang-terangan menyerang kepercayaan mereka yang bathil dan sesat itu, sambil menerangkan kebenaran agama dan kepercayaan yang ia bawa. Para penduduk kota berduyun-duyun datang ke padang terbuka untuk menyaksikan pengadilan itu.

Ketika Nabi Ibrahim datang menghadap raja Namrudz yang akan mengadilinya, Nabi Ibrahim disambut oleh para penduduk dengan cercaan, makian dan kutukan. Mereka sangat marah karena Nabi Ibrahim telah berani menghancurkan patung-patung berhala penyembahan mereka.

Ditanyalah Nabi Ibrahim oleh raja Namrudz; "Apakah engkau yang telah melakukan penghancuran dan merusakkan tuhan-tuhan kami?"

Dengan tenang Nabi Ibrahim menjawab "Patung besar yang berkalungkan kapak di lehernya itulah yang telah melakukannya! Coba tanya saja pada patung-patung itu, siapakah yang telah menghancurkannya!"

Raja Namrudz terdiam sejenak, lalu ia berkata "Engkau tahu bahwa patung-patung itu tidak dapat berbicara, mengapa engkau meminta kami bertanya kepadanya?"

Tibalah waktunya yang memang dinantikan oleh Nabi Ibrahim, berkatalah Nabi Ibrahim kepada raja Namrudz "Jika demikian halnya, mengapa kamu sembah patung-patung itu, yang tidak dapat bicara, tidak dapat melihat dan tidak dapat mendengar, tidak dapat membawa manfaat atau menolak mudharat bahkan tidak dapat menolong dirinya sendiri dari kehancuran dan kebinasaan? Alangkah bodohnya kamu dengan kepercayaan dan persembahan kamu itu! Bisakah kamu berpikir dengan akal sehat bahwa persembahan kamu adalah perbuatan yang keliru yang hanya bisa dipahami oleh syetan! Mengapa kamu tidak menyembah Tuhan yang telah menciptakan kamu, menciptakan alam sekeliling kamu dan menguasakan kamu di atas bumi dengan segala isi dan kekayaannya. Alangkah hinanya kamu dengan persembahanmu itu!"

Setelah selesai Nabi Ibrahim menguraikan dakwahnya, raja Namrudz memutuskan bahwa Nabi Ibrahim harus dibakar hidup-hidup sebagai ganjaran atas perbuatannya menghina dan menghancurkan tuhan-tuhan mereka. Persiapan pun dilakukan, tanah lapang bagi tempat pembakaran disediakan, pengumpulan kayu bakar yang dibawa oleh para penduduk sebagai tanda bakti kepada tuhan-tuhan persembahan mereka yang telah dihancurkan oleh Nabi Ibrahim.

Kayu pun dibakar hingga membentuk gunung api yang dahsyat, dalam keadaan terbelenggu, Nabi Ibrahim diangkat ke atas sebuah gedung yang tinggi. Lalu dilemparlah Nabi Ibrahim kedalam tumpukan kayu yang menyala-nyala, kemudian Allah berfirman "Hai api, menjadilah engkau dingin dan keselamatan bagi Ibrahim".

Sejak keputusan hukuman dijatuhkan sampai ia dilemparkan ke dalam tumpukan kayu yang menyala-nyala, Nabi Ibrahim tetap menunjukkan sikap tenang tan tawakal karena iman dan keyakinannya bahwa Allah tidak akan rela melepaskan hamba pesuruh-Nya menjadi makanan api dan korban keganasan dari orang-orang kafir. Dan memang demikianlah yang terjadi ketika ia berada dalam kobaran api yang dahsyat itu, ia merasa dingin sesuai dengan seruan Allah pelindungnya hanya tali temali dan rantai yang mengikat tangan dan kakinya yang terbakar hangus. Hal itu merupakan suatu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada hamba pilihan-Nya, Nabi Ibrahim agar dapat melanjutkan menyampaikan risalah yang ditugaskan kepadanya kepada orang-orang yang tersesat itu.

Semua orang tercengang dengan keajaiban ini, orang-orang mulai mempersoalkan kepercayaan kepada raja Namrudz. Bahkan anak perempuan dari raja Namrudz sendiri, yaitu puteri Razia mulai mempercayai agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim. Dengan mengucapkan syahadat, ia pun mengaku di khalayak ramai bahwa Tuhan Nabi Ibrahim adalah Tuhan yang sebenarnya. Hal ini telah membuat raja Namrudz marah, dan memerintahkan tentara untuk membunuh puterinya itu, lalu puteri Razia berlari kedalam kobaran api hingga selamatlah ia.

Sejumlah orang yang melihat peristiwa ini mulai tertarik pada dakwah Nabi Ibrahim, namun mereka takut pada raja Namrudz sang penguasa. Langkah dakwah Nabi Ibrahim benar-benar dibatasi oleh raja Namrudz dan kaki tangannya. Karena kesempatan berdakwah yang sangat sempit, Nabi Ibrahim keluar dari kotanya menuju Harran, suatu daerah di Palestina. Disini ia menemukan penduduk yang menyembah binatang. penduduk di daerah ini menolak dakwah Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim yang saat itu telah menikah dengan  Sarah, kemudian hijrah ke Mesir. Di tempat ini, Nabi Ibrahim berniaga, bertani dan beternak. Kemajuan usahanya membuat iri penduduk Mesir sehingga ia pun kembali ke Palestina.

Setelah bertahun-tahun menikah, pasangan Nabi Ibrahim dan Sarah tidak kunjung dikaruniai anak. Untuk memperoleh keturunan, Nabi Ibrahim menikahi Siti Hajar, dayang mereka. Dari pernikahan ini, lahirlah Ismail yang kelak juga akan menjadi Nabi. Ketika Nabi Ibrahim berusia 90 tahun, datanglah perintah dari Allah agar ia meng-khitan dirinya, Ismail yang saat itu berusia 13 tahun dan seluruh anggota keluarganya. Perintah ini segera dilakukan oleh Nabi Ibrahim yang kemudian menjadi hal yang dijalankan oleh Nabi-Nabi berikutnya hingga umat Nabi Muhammad SAW. Allah Juga memerintahkan nabi Ibrahim untuk memperbaiki Ka'bah (Baitullah). Saat itu bangunan Ka'bah sebagai rumah suci sudah berdiri di Mekah, bangunan ini diperbaikinya bersama Ismail. Hal ini dijelaskan didalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah : 127. Nabi Ibrahim AS merupakan nenek moyang bangsa Arab dan Israel.




LANGGANAN ARTIKEL GRATIS
Dapatkan Artikel Terbaru Disini !
Masukkan email anda di bawah ini , maka anda akan mendapatkan kiriman terbaru dari KUMBERCER secara gratis via email. Terimakasih.

0 Response to "Kisah Nabi Ibrahim AS"

Post a Comment

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak...!